Sabtu, 25 Juni 2016

Seharusnya Kita Banyak Bersyukur..

Saya tergerak menulis ini setelah ditelepon kakak saya yang berada di Waingapu, Nusa Tenggara Timur. Kakak saya bercerita bahwa dia saat ini menjadi salah satu tenaga sukarela, untuk mengajar anak-anak di Rumah Baca Waingapu. Saya berkali mengucap syukur pada Tuhan :’)
Hatiku sedikit trenyuh ketika dia bercerita tentang anak-anak seusia SD di sana. Ada yang ke mana-mana tanpa memakai alas kaki, mereka tidak takut kaki-kaki kecil mereka dilukai oleh kerikil dan mungkin duri-duri yang terserak di jalanan. Belum lagi mereka yang kurang mendapat perhatian dari orang tua mereka, kata Kakak banyak dari para orang tua tidak menggunakan KB sehingga satu keluarga bisa memiliki 4 hingga 6 anak. Anak-anak kecil sering dibiarkan bebas bermain di jalan raya, sungguh berbahaya bila ada kendaraan yang ngebut.
Anak-anak di sana hingga kelas 2 SD ada yang belum lancar membaca, jadi tidak naik kelas dua hingga tiga kali merupakan hal yang biasa bagi mereka. Tidak ada rasa canggung atau malu karena banyak yang mengalami. Saya sesak mendengar cerita kakak, bila dibandingkan dengan di tempat saya tinggal yang masuk hitungan kota besar, tidak naik kelas adalah aib dan bila si anak yang tidak naik kelas itu tidak diberi dukungan moril mungkin dia akan mogok sekolah. Bagaimana Indonesia mau maju apabila fasilitas pendidikan dan tenaga pengajarnya masih sangat minim. Daerah mereka belum tersentuh terlalu banyak oleh pembangunan nasional. Jangankan untuk tersedianya toko buku sekelas Gramedia, Indomart saja tidak ada di sana. Sedih rasanya…
Keberadaan toko buku ternyata sangat penting, tidak perlu yang sebesar Gramedia atau Togamas, minimal seperti Kampung Ilmu di Surabaya maupun Toko Buku Wilis di Malang. Walaupun keduanya berisikan buku-buku bekas setidaknya keduanya mampu memberikan kontribusi untuk mencerdaskan anak bangsa utamanya di daerahnya. Beberapa saat yang lalu saya sempat menemani kawan saya untuk mewawancarai pengelola dari Kampung Ilmu Surabaya, beliau mengatakan bahwa mengelola Kampung Ilmu adalah salah satu cara mereka untuk mencerdaskan anak bangsa melalui penyediaan buku murah untuk yang berekonomi menengah ke bawah. Andai saja ada Kampung Ilmu-Kampung Ilmu lain minimal rumah baca dengan banyak pilihan buku bacaan dan bacaan pelengkap lainnya.
Saya banyak bersyukur dengan masa kecil kami yang tidak pernah kekurangan bahan bacaan dan fasilitas pendidikan lainnya. Papa dan Mama saya tidak pernah berhenti memanjakan kami dengan buku-buku bacaan seru yang menghibur, mendidik dan melengkapi pelajaran kami. Dari buku pelajaran, latihan soal-soal, majalah Bobo, komik hingga sekumpulan buku dongeng yang masih saya ingat jalan ceritanya.  Andai saya memiliki banyak uang saat ini, saya akan datang ke sana dengan membawakan banyak buku bacaan untuk mereka :’)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar